What Millennials Say

Di episode #VoxPop kali ini, Dani dan Kuka melempar satu pertanyaan penting yang mungkin ada di benak milenial dewasa kini: Apakah dengan langsung berhubungan sex di kencan pertama bisa mengarah ke jenjang hubungan yang lebih serius? Special shoutout buat Lewi Basoeki untuk inspirasi yang membuat episode ini akhirnya tercipta

Apa yang bisa kita pelajari dari seorang "perempuan promiscuous yang mengurus kafe yang hampir bangkrut"? Ternyata banyak! Introducing Fleabag 101 bersama Dani, Kuka dan Karina, yang menyimpulkan bagaimana seorang dan sebuah series Fleabag bisa sangat relatable di kehidupan milenial masa kini. P.S. Kuka dipaksa nonton series ini oleh Dani supaya bisa rekaman episode ini.

Kehilangan seseorang yang sangat berarti di dalam hidup tentu memberikan dampak yang cukup besar untuk kita semua. Efeknya mungkin akan sangat terasa ketika mereka pergi di saat kita berada dalam kondisi yang cukup rentan, keadaan di mana kita dihadapkan oleh banyak pilihan dan bingung untuk menentukan tujuan. Di episode kali ini, Dani dan Kuka berkesempatan untuk berbincang soal duka dan kehilangan dengan Dila yang kehilangan Ibunya  di salah satu momen terpenting di dalma hidupnya.  Dila bercerita bagaimana ia berusaha untuk bergulat dengan rasa duka itu dan bagaimana kehilangan ini berdampak bahwa ia dan orang orang di sekelilingnya.

Banyak dari aspek kehidupan manusia yang terbantu dengan kemajuan teknologi dewasa ini. Kehidupan percintaan salah satunya. Dengan kehadiran aplikasi kencan, banyak orang terbantu untuk menemukan pasangan ataupun juga merasakan patah hati untuk kesekian kalinya. Di episode kali ini, Dani dan Kuka berbincang dengan Mia yang sempat mendapat julukan, "Aing Jawara Tinder", dari teman temannya untuk "prestasinya" dalam berselancar di aplikasi kencan tersebut. Baik Dani, Kuka dan Mia sama sama bercerita soal pengalaman dan pandangan mereka mengenai aplikasi kencan ini dan pengaruhnya pada kehidupan percintaan masing masing.

Pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi udah dimulai dari tanggal 20 Oktober lalu. Jajaran pembantunya pun udah terbentuk: ada 34 menteri, 12 wakil menteri dan (setidaknya) empat pejabat setingkat menteri. Apa kata milenial soal barisan pejabat ini? Dani dan Kuka coba ngebahas soal Kabinet Indonesia Maju bersama analis politik andalan The Jakarta Post, Karina, dan ex-communicado Jakpost, Stefano aka Pepen.

Tanggal 26 Agustus 2019 jadi hari bersejarah buat Indonesia dan khususnya provinsi Kalimantan Timur serta orang-orang yang tinggal di sana, karena pemerintah mengumumkan di tanggal segitu kalau ibukota negara akan dipindah dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Dani dan Kuka -- yang kebetulan baru pulang dari Kaltim karena sebuah “tugas negara” -- berbicara dengan salah satu milenial asli Kaltim, Decky, soal gimana sih rasanya kalau daerahnya diumumkan jadi lokasi ibukota baru Indonesia? Gimana perasaannya keluar dari status “orang daerah” untuk kemudian dipanggil jadi “orang ibukota”?

Banyak hal yang dapat terjadi dalam dunia kerja yang kadang buat kamu garuk garuk kepala. Mulai dari koordinasi antara atasan dan bawahan yang kurang baik sampai lingkungan kerja yang kurang mendukung, hal hal seperti itu sering kita temui yang kadang membuat kita bertanya, "haruskah aku bertahan?" Di episode kali ini, Kuka dan Dani ngobrol bareng Risvi yang pernah berada di posisi yang membuat dia bertanya, "Haruskah gue bertahan di lingkungan kerja yang seperti ini?"

Jakarta panas! Selain karena musim kemarau, juga karena ribuan (yup, you heard me right: ribuan) mahasiswa turun ke jalan, ikut rangkaian aksi demonstrasi berslogan #ReformasiDikorupsi! Kenapa milenial dan gen Z yg distereotipkan apolitis dan cenderung partisipasi pasif ke gerakan semacam ini bisa turun ke jalan? Apakah negara segenting itu? Dani dan Kuka coba bertanya kepada dua mahasiswa yang ikut dalam aksi itu soal kenapa mereka turun ke jalan. Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia!

Selamat datang di zona quarter life crisis! Selamat datang di zona di mana kamu akan mulai mempertanyakan keputusan yang telah kamu ambil dalam hidup dan juga apa yang pengen kamu lakukan sebagai seorang manusia. Bersama jurnalis humaniora kondang Vela, Dani dan Kuka menjalani sesi curhat mengenai kegelisahan yang dihadapi oleh mereka berdua terkait dengan krisis seperempat kehidupan ini.

Apa yang terjadi kalau kita kombinasikan rasa kangen untuk tanah air pas kita tinggal di sebuah negeri nun jauh di sana dengan menggoreskan pena menjadi rangkaian gambar? Lahirlah sebuah komik soal kehidupan tanah air! Kali ini, Dani dan Kuka ngobrol sama Diva Armas, seorang milenial Indonesia yang tinggal di Indiana, Amerika Serikat, yang sudah buat sebuah komik sebagai surat cintanya kepada Indonesia di HUT RI ke-74 tahun ini.

 Rencana revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jadi kontroversi belakangan ini karena memuat beberapa pasal-pasal yang dianggap bermasalah. Sebagian besar dianggap bermasalah karena terkait isu moral, yang katanya berpotensi mengganggu privasi sebagian besar warga negara. Dani dan Kuka coba tanya pendapat beberapa milenial soal rancangan KUHP ini, dan minta sedikit pencerahan dari Fifi, wartawan The Jakarta Post yang udah lama ngawal revisi UU ini. 

Episode kedua dari segmen #MillennialsAtWork. Kali ini, Dani dan Kuka diskusi (lagi) sama Ajeng tentang apa itu profesi pramugari, tugasnya apa aja, suka dukanya serta gimana caranya untuk jadi seorang pramugari yang ciamik.  Jadi, setelah dengerin episode ini, semoga habis rasa penasaran akan pertanyaan-pertanyaan ini: apakah pramugari itu kerjanya hanya dorong troli makanan atau suvenir aja, apakah jadi pramugari itu selalu enak karena bisa pergi ke banyak tempat dengan gratis dan juga apakah kita bisa minta diskon tiket pesawat terbang ke teman-teman yang berprofesi sebagai pramugari. *Tak bosan dan tak lelah, terima kasih untuk Karina Langit Rinesti, yang selalu memberikan ide yang mirip lampu bohlam LED: terang dan menyerangkan, tetapi hemat energi!

 Libur lebaran memang suka bikin orang terlena. Tidak terkecuali Dani dan Kuka, sampai hampir-hampir lupa kalau mereka punya podcast yang harus diupdate teratur. Gegara panik dan keburu-buru, akhirnya Dani dan Kuka berusaha mengupdate teman-teman milenial dengan isu-isu terhangat* yang terjadi setelah lebaran. *Isu terhangat per tanggal 22 Juni, makanya ngomongin Sidang Sengketa Pemilu di MK sebelum putusan. Gegara Kuka (sok) sibuk, akhirnya lupa kalau doi harus ngedit episode yang ini hiks hiks

 Orang bilang lebaran Idul Fitri itu baru pas kalau dirayakan dengan kumpul sama keluarga. Jadi, yang lebarannya yang gak kumpul sama keluarga gak pas dong? Eh, emang ada orang yang lebarannya gak kumpul sama keluarga? Ya, ada dong! Gimana sih rasanya? Dani dan Kuka ngobrol sama Ajeng, seorang pramugari, yang ternyata punya pengalaman lebaran jauh dari keluarga. 

 Banyak yang bilang ketika orang-orang berbondong-bondong pergi ke Jakarta untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik, orang Jakarta malah berbondong-bondong pindah ke luar kota demi dapat ketenangan dalam hidup. Bener gak sih? Dani dan Kuka coba menjawab asumsi itu bersama Gladhys, perantau dari Jakarta yang jadi kepalang nyaman dengan Jogja. 

Kuka dan Dani saat ini mempunyai problem yang sama yaitu kebiasaan untuk terus membeli buku tapi akhirnya kehilangan niat untuk menghabiskannya. Berkaca dari hal itu, di episode kali ini Kuka dan Dani mengundang Devina untuk berbagi tentang kebiasaan membacanya yang masih ia jaga sampai saat ini. Di tengah godaan semacam Netflix dan  berselancar di media sosial, Devina "kekeuh" untuk tetap bisa menjaga habit membacanya dengan memasang target target tertentu.

If Americans have "American Dream", most of Indonesians have "Jakartan Dream" where people dream of moving, or "merantau" to the Indonesian capital in order to be able to access more opportunities for a better life. Dani and Kuka will talk with Holly, who moves from Papua to Jakarta about their pursue of dream and happiness in the city, as well as their love and hate relationship with The Big Durian.

Forming large percentages in the recent political stage during the 2019 elections, Dani and Kuka asks The Jakarta Post political journalist Karina on what millennials achieved and learned on the April elections. From millennials’ political party of PSI, whether Sandiaga Uno and Ma’ruf Amin are millennials to how millennials voted; we perhaps understand that millennials still have future in this country’s political stage… or not?

In the last seven months, Indonesians had been bombarded by a lot of election materials, from banners along the roads to campaign in television and other medias. After all those euphoria, voters finally had the opportunity to exercise their rights to vote by coming to the polling stations on April 17. Of all the excitement on the voting day, there are some people who have worked tirelessly behind the scene and sacrifice a lot, but still got little credit. They are the KPPS officials.

 Dust has settled. Pollsters have quickly announced the early result of the 2019 election: President Jokowi is likely to keep his seat for the 2nd period. Of course, not anybody happy with this result, with contender Prabowo immediately replied by declaring his victory too. Dani and Kuka is sitting with The Jakarta Post’s journalist Fifi and Karina to talk about what the duck is happening after the voting closed, and how millennials should respond to it.